Sebuah gunting baru saja memotong waktu, kemudian segala sesuatu terasa  jadi begitu jauh. Huruf-huruf, bebunyian, mengekalkan dirinya sendiri  dalam masa lampau. Hening yang panjang dalam sebuah lingkaran luka.
Tak ada yang perlu diketahui tentang sidik jari siapa, atau bekas ludah  siapa yang menempel di ujung gunting itu. Terlalu rahasia untuk sebuah  momen sesakral itu. Sedari dulu juga orang-orang selalu membohongi diri  sendiri, seakan-akan gunting itu hanya dongeng saja. Tak sungguh-sungguh  ada di dunia.
(sebuah sajak yang belum punya judul mendadak terbakar, asapnya menjadi peri, berterbangan ke mimpi para penyair)
Orang-orang kemudian menjadi begitu begitu akrab dengan Tuhannya. Para  penyair berlomba-lomba membuat sajak tentang gunting. Mengingat-ingat  sesuatu yang jauh, padahal begitu dekat. Sebuah cemerlang datang,  setelah setetes darah jatuh ke selokan. Seperti rindu, menggunting - gunting keramaian menjadi potongan - potongan kecil kesepian. Lalu disapu waktu, bersama dinginnya debu yang mulai membuat kepalaku di penuhi sosokmu yang terpisahkan ribuan rindukilometer.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dengan sopan ya.