Halaman

Rabu, 15 Juni 2011

D.U.A

Sebuah gunting baru saja memotong waktu, kemudian segala sesuatu terasa jadi begitu jauh. Huruf-huruf, bebunyian, mengekalkan dirinya sendiri dalam masa lampau. Hening yang panjang dalam sebuah lingkaran luka.

Tak ada yang perlu diketahui tentang sidik jari siapa, atau bekas ludah siapa yang menempel di ujung gunting itu. Terlalu rahasia untuk sebuah momen sesakral itu. Sedari dulu juga orang-orang selalu membohongi diri sendiri, seakan-akan gunting itu hanya dongeng saja. Tak sungguh-sungguh ada di dunia.

(sebuah sajak yang belum punya judul mendadak terbakar, asapnya menjadi peri, berterbangan ke mimpi para penyair)

Orang-orang kemudian menjadi begitu begitu akrab dengan Tuhannya. Para penyair berlomba-lomba membuat sajak tentang gunting. Mengingat-ingat sesuatu yang jauh, padahal begitu dekat. Sebuah cemerlang datang, setelah setetes darah jatuh ke selokan. Seperti rindu, menggunting - gunting keramaian menjadi potongan - potongan kecil kesepian. Lalu disapu waktu, bersama dinginnya debu yang mulai membuat kepalaku di penuhi sosokmu yang terpisahkan ribuan rindukilometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dengan sopan ya.