Haus akan gelar yang lama kering. Mungkin inilah yang menyebabkan dunia sepakbola Bangsa ini bergolak sehebat sunami Jepang. Saya bukanlah orang yang mengerti tata cara dalam menjalankan sebuah organisasi dengan baik. Tapi dengan hanya sekilas pandangpun, orang awam akan seperti saya akan mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi di dunia persepak bolaan Nasional.
Inilah contoh sebuah arogansi. Mungkin terdengar kasar, namun hal ini adalah sesuatu yang wajar. Di belahan dunia manapun, sepakbola merupakan olahraga paling merakyat. Lalu apa jadinya ketika induk organisasi dari olahraga yang paling digilai di dunia ini dipimpin oleh seorang mantan napi? Pantaskah seorang yang pernah terlibat kasus korupsi memimpin sebuah organisasi sebesar PSSI? Jawabannya tanyakan saja pada masyarakat Indonesia yang dengan jelas menentang hal ini. Lalu masihkah pantas hal seperti itu disebut dengan Cara Menyelamatkan Sepakbola Nasional?
Asa mengapung ketika melihat penampilan Timnas Garuda di piala AFF Desember lalu. Permainan ngotot dipadu dengan taktik mumpuni mengantarkan Garuda terbang hingga ke dinal dengan status favorit juara? Namun apa yang terjadi? Lagi - lagi Garuda harus puas menjadi penonton ketika negara tetangga mengangkat piala juara di kandang garuda. Inikah yang di nanti? Tidak, Garuda masih saja terlelap dalam mimpinya. Mimpi yang yang diselimuti arogansi dari para pemimpin Organisasinya.
Teriakan NH mundur lalu kian kencang terdengar. Namun yang terjadi bukanlah sikap gentle layaknya seorang pemimpin sejati yang meletakan jabatannya secara terhormat dan mengakui kegagalannya dalam memimpin agar ada perbaikan menuju arah yang lebih baik, NH justru menentang semua teriakan yang di alamatkan padanya dan komplotannya dengan dalih penyelamatan sepak bola nasional. Masih pantaskah kegagalan demi kegagalan yang teratur mengikuti jejak langkah kepemimpinannya disebut sebagai PENYELAMATAN SEPAK BOLA NASIONAL? Tragis memang. Ditengah tingginya gairah akan sepak bola di negri ini, masih ada sikap arogansi yang mementikan pihak - pihak tertentu. Seharusnya jika NH masih memiliki nurani dan hasrat untuk melihat sepak bola bangsa ini maju, akuilah bahwa memang ia gagal. Letakan jabatan dan biarkan orang lain yang lebih berkompeten untuk memimpin. Dengan begitu, mungkin saja rakyat takan mencaci dan meneriakinya maling sepak bola nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dengan sopan ya.